Keluarga yang Menopang Pelayanan (Kisah Para rasul 18:1-11)
(Oleh: y. lomang, pnt./sesuai daftar bacaan semester II, Masa Raya: Minggu Biasa XXI, GMIT, 29 Oktob 2023)
Kisah Inspiratif dari Para Rasul 18:1-11
Dalam perjalanan rohaniah kita, kehadiran keluarga tidak hanya menjadi landasan pribadi kita tetapi juga fondasi pelayanan gereja. Seiring kita memaknai relasi dalam jemaat, perlu disadari bahwa itu bukan hanya sekadar hubungan antaranggota gereja, tetapi juga mencakup relasi antarkeluarga anggota gereja. Ini menjadi panggilan bagi kita semua untuk menjadi pribadi dan keluarga yang menjadi tiang penyangga bagi pelayanan gereja, sebuah tema yang meresap dalam kisah luar biasa Para Rasul 18:1-11.
Relasi yang Menyatukan Jemaat dan Keluarga
Dalam kehidupan gereja, seringkali kita menekankan pentingnya relasi personal antaranggota gereja. Namun, Tuhan mengajarkan bahwa keterhubungan ini tidak boleh terbatas pada batas dinding gereja saja, melainkan harus meluas hingga ke relasi antarkeluarga. Dalam kisah Para Rasul 18, kita menyaksikan kisah keluarga-keluarga di Kota Korintus yang tidak hanya mendukung Paulus dalam pelayanannya tetapi juga menjadi bagian integral dari pembentukan gereja.
Keluarga bukan hanya tempat di mana kita pulang, tetapi tempat di mana kita diperlengkapi untuk melayani. Keluarga Akwila dan Priskila, Titius Yustus, dan Krispus adalah bukti hidup bahwa pelayanan gereja tidak terbatas pada individu tetapi merupakan proyek kolaboratif keluarga-keluarga yang terpanggil. Mereka membuka rumah mereka, bukan hanya sebagai tempat beristirahat Paulus, tetapi juga sebagai ruang di mana pelayanan gereja terjalin erat dengan kehidupan sehari-hari keluarga.
Paulus dan Keluarga yang Menopang Pelayanan
Ketika Paulus tiba di kota Korintus, dia tidak sendirian. Dia membawa visi Injil yang membara, tetapi Tuhan, dalam hikmat-Nya, telah menyiapkan keluarga-keluarga yang akan menjadi tiang penyangga bagi pelayanannya. Keluarga Akwila dan Priskila menjadi mitra setianya, membuka pintu rumah dan hati mereka untuk menerima ajaran Injil yang diwartakan oleh Paulus.
Kisah ini memberikan pelajaran berharga bahwa pelayanan gereja tidak selalu mulus. Paulus, meskipun diurapi dan diutus, tidak luput dari tantangan dan kesulitan di Kota Korintus. Tetapi melalui dukungan keluarga-keluarga yang bersemangat, pelayanan tersebut tetap tegak berdiri. Keluarga Titius Yustus dan keluarga Krispus juga turut serta, menyumbangkan waktu dan sumber daya mereka untuk mendukung misi pelayanan Paulus.
Penting untuk dicatat bahwa keluarga-keluarga ini tidak hanya memberikan dukungan moral, tetapi juga terlibat aktif dalam pelayanan. Mereka bukan hanya menyediakan tempat tinggal bagi Paulus, tetapi juga berbagi visi pelayanan, menjadi mitra dalam penginjilan dan pembinaan jemaat. Inilah esensi dari keluarga yang menopang pelayanan, di mana tiap anggota keluarga tidak hanya menjadi penonton, melainkan pelaku aktif dalam gerakan pelayanan bersama.
Menopang Pelayanan Bersama Sebagai Keluarga
Bagaimana kita, sebagai keluarga-keluarga Kristen modern, dapat mengejawantahkan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari kita? Pertama-tama, kita perlu menyadari bahwa keluarga adalah unit paling mendasar dalam gereja. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kita harus mengintegrasikan nilai-nilai Kerajaan Allah ke dalam kehidupan keluarga.
Mari kita pastikan bahwa keluarga-keluarga kita bukan hanya menjadi konsumen pelayanan gereja tetapi menjadi kontributor aktif dalam pelayanan tersebut. Sejalan dengan ajaran Paulus, setiap keluarga memiliki peran penting dalam membangun gereja dan menyebarkan Injil. Libatkan semua anggota keluarga sebagai bagian aktif dalam gerakan pelayanan bersama.
Perlu diingat bahwa menopang pelayanan tidak selalu berarti memberikan kontribusi finansial yang besar atau melakukan pekerjaan gereja yang mencolok. Terkadang, dukungan paling berharga datang dari kehidupan sehari-hari yang saleh, doa yang tekun, dan kasih yang tulus. Ini adalah pilar-pilar spiritual yang, meskipun tidak terlihat oleh mata manusia, memiliki dampak yang mendalam dalam membangun kerajaan Tuhan.
Sebagai keluarga yang menopang pelayanan, kita juga perlu membuka pintu rumah dan hati kita untuk melayani sesama. Seperti keluarga Akwila dan Priskila yang dengan murah hati membuka rumah mereka, mari kita menjadi keluarga yang ramah, menerima orang lain dengan kasih Kristus. Jadilah tempat perlindungan bagi jiwa-jiwa yang lelah, tempat di mana kasih Tuhan terpancar melalui setiap tindakan dan perkataan kita.
Kesimpulan:
Dalam memahami dan menghidupkan kembali kisah keluarga-keluarga yang menopang pelayanan dalam Para Rasul 18:1-11, kita dipanggil untuk mengubah pandangan kita tentang keluarga dalam konteks gereja. Keluarga bukan hanya unit terkecil di gereja, tetapi juga kekuatan yang dapat membentuk dan mendukung pelayanan gereja secara keseluruhan.
Jadilah relasi dan keluarga yang memahami bahwa panggilan pelayanan tidak hanya berlaku untuk individu tetapi juga untuk seluruh keluarga. Dalam kebersamaan kita, mari kita menjalani pelayanan dengan kasih dan integritas, menjadi keluarga yang tidak hanya menjadi penonton tetapi juga pelaku aktif dalam mewujudkan misi besar Tuhan.
Refleksi
Melalui kisah keluarga-keluarga yang menopang pelayanan dalam Para Rasul 18:1-11, kita diingatkan akan pentingnya peran setiap keluarga dalam membangun dan mendukung gereja. Keluarga bukan hanya tempat kita kembali setelah berada di dunia, tetapi juga pangkalan pelayanan yang diberkati oleh Tuhan. Kisah ini mengajarkan kita bahwa pelayanan gereja bukanlah tanggung jawab individu semata, tetapi kolaborasi antar keluarga, di mana setiap anggota berperan aktif. Ini adalah undangan bagi kita untuk merenung tentang bagaimana kita, sebagai keluarga Kristen, dapat membentuk dan menopang pelayanan gereja secara lebih bermakna. Kita diajak untuk mempertanyakan sejauh mana kita telah membuka pintu rumah dan hati kita untuk melayani sesama, dan sejauh mana kita telah melibatkan seluruh anggota keluarga dalam gerakan pelayanan bersama.
Penutup
Sebagai penutup, kita dapat merenungkan kata-kata Paulus dalam 1 Korintus 15:58 :
"Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia."
Ayat ini menjadi panggilan bagi setiap keluarga Kristen untuk tetap teguh dalam pelayanan, karena setiap upaya yang diberikan untuk kerajaan Tuhan tidak akan pernah sia-sia. Dalam menjalani kehidupan pelayanan bersama keluarga, kita dapat bersandar pada janji Tuhan bahwa setiap tindakan kasih dan setiap langkah kesetiaan kita memiliki dampak yang abadi. Seiring kita menjadi keluarga yang menopang pelayanan, mari terus bergiat dalam pekerjaan Tuhan, dengan keyakinan bahwa Allah akan memperkayakan setiap langkah kesetiaan kita untuk kemuliaan-Nya.